Syaidina Ali r.a berkata :
"Jika engkau perlukan nikmat dunia, cukuplah Islam itu sebagai nikmat untukmu. Jika engkau ingin menjadi asyik,maka cukuplah ketaatan itu sebagai keasyikanmu. Dan jika engkau mahukan pengajaran, maka cukuplah maut itu sebagai pengajaran."
Thursday, July 16, 2009
Pintar......tak cukup.
Ada kalangan pelajar yang mempunyai hobi bergaduh dengan rakan sekelas atau sama sekolah. Fenomena ini menjadi biasa di kalangan masyarakat hari ini. Tetapi, jika ada mahasiswa yang mempunyai hobi yang sama, tentu ada sesuatu yang tidak kena.
Mungkin masih belum puas masa remaja mereka? Daripada beberapa kes yang berlaku di kampus, tampaknya ramai mahasiswa yang secara psikologi sebenarnya belum matang untuk menjadi mahasiswa. Usia boleh dewasa, sekitar 19 tahun ke atas, tapi kelakuan masih seperti kanak-kanak. Buktinya, perkelahian hanya berpunca dari perkara remeh sahaja. Oleh itu,betapa pentingnya program orientasi sebaik sahaja pelajar baru menjejaki IPT.
Program ini mungkin sahaja membawa banyak risik. Namun manfaatnya cukup besar yakni untuk mengalihkan pola fikir keanak-anakan kepada minda orang dewasa sebagai seorang mahasiswa. Untuk mengubah mental kanak-kanak ke dewasa bukan perkara yang mudah. Di dalam pergaulan sehari-hari, mereka dihadapkan pada kompetisi ketat, mulai dari perebutan satu bangku di perguruan tinggi, sampai peraihan indeks prestasi. Ia belum membabitkan persoalan tentang hidup.
Dalam era yang penuh perubahan dan persaingan ini, yang penting bukan IQ saja, tapi juga kawalan emosi. Yakni kemampuan mengendalikan diri, memotivasi diri dan membaca perasaan orang lain. IQ memang dapat mengukur kemampuan seseorang. Namun IQ harus dibezakan dengan kesuksesan.Dengan IQ tinggi seseorang dapat memecahkan soal-soal matematik yang rumit namun ia mungkin sulit bergaul. Ia belum tentu dapat memecahkan persoalan hidup.
Mahasiswa harus diberi kemampuan social dan emosional agar mereka dapat menuntun dan membimbing dirinya mencapai kehidupan lebih baik. Mereka juga harus mempunyai kemampuan mengambil keputusan, tidak cepat marah dan kecewa, binggung dan sedih, tidak agresif dan impulsive. Mereka harus berani menghadapi kenyataan dan dapat mengatasi kebosanan. Mereka perlu dibekalkan dengan kemampuan ‘emotional intelligence’, iaitu kemampuan menjaga emosi, yang di dalamnya berkait rapat dengan unsur semangat, motivasi, serta pengendalian diri. Mereka akan mampu melepaskan diri dari berbagai stress untuk bangkit kembali dan berkembang sesuai dengan potensi yang ada.
Kesabaran dan ketekunan, serta kewaspadaan yang terlatih baik sebagai salah satu refleksi emotional intelligence ini, juga akan menumbuhkan kearifan serta motivasi untuk mencapai keberhasilan. Jadi, emotional intelligence ini lebih penting dari IQ. Walau bagaimanapun, usaha yang perlu dilakukan adalah bagaimana membantu mereka yang emotional intelligence rendah agar dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat.
Mutiara Kata : “Guru yang mengajar tanpa cuba menimbulkan dan menghidupkan keinginan serta semangat belajar di kalangan pelajarnya sama seperti orang yang menempa besi yang dingin:” ( Mann Horace )
Info dan maklumat yang amat berguna. Generasi hari ini adalah pemimpin masa depan. Jika generasi hari ini tidak ada nilai, masa depan akan hancur. TQ
ReplyDelete